Analisis diri berdasarkan konsepsi manusia “Devi Kharisma”

Saya terlahir dari keluarga sederhana yang terbiasa melakukan hal sendiri. Memilih kuliah dan merantau jauh dari rumah dan kedua orang tua. Orang tua selalu berkata bahwa saya harus bisa melakukan hal yang memang saya bisa melakukannya sendiri. Setelah lebih dari 3 tahun jauh dari orang tua dan berusaha mengerjakan pekerjaan rumah sendiri dikosan, keadaan memaksa saya untuk lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan dari pada berdiskusi dengan orang tua sendiri. Orang tua saya tidak mengetahui pasti bagaimana cara saya berdiskusi dalam sebuah kelompok, bagaimana cara saya bekerja dalam tim, dan bagaimana saya menyelesaikan masalah sekolah atau pun teman.

Hal-hal ini lah yang membuat saya bergantung terhadap lingkungan dan hanya terbiasa berdiskusi dengan orang tua melalui ponsel saja. Dari beberapa tahun berhadapan dan bergantung hidup diluar rumah membuat saya menerima berbagai perlakuan yang berbeda. Saya sebagai manusia biasa menjadi salah satu penerima perlakuan dan cenderung memberikan respon yang berbeda tergantung lingkungan dimana saya berada. Mulai dari situ saya merasa bahwa saya memiliki keterkaitan dengan teori konsepsi manusia yaitu behaviorisme yang dimana memandang bahwa manusia tidak memiliki sikap baik atau jahat tetapi ia bisa menjadi apapun dan siapapun tergantung keadaan yang sedang dialaminya.

Saya merasa bahwa saya mudah sekali dipengaruhi oleh orang lain dan lingkungan. Salah satu dari ribuan contoh saja, ketika SMA saya merasa bahwa kata-kata kasar yang sering dilontarkan teman-teman laki-laki disekolah sangatlah buruk dan saya sendiri yang tidak suka mendengarnya, karena saya terbiasa berbicara halus dengan teman-teman sekelas atau sebaya saya. Saya lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman organisasi yang bahasanya cenderung selalu bijak dan memotivasi. Tetapi, setelah saya masuk kuliah dan berhadapan dengan dunia baru yakni saya hidup dikota sebesar Bandung dan bertemu dengan orang-orang dari budaya dan daerah berbeda-beda, saya mulai terbiasa berbahasa kasar dan anehnya saya sama sekali tidak merasa bahwa saya berbicara kotor, saya merasa bahwa itu adalah hal yang wajar ketika kita berbicara dengan teman.

Contoh kedua adalah ketika saya bertemu dengan orang yang memperlakukan saya dengan baik, saya cenderung merasa ingin lebih bersikap baik terhadapnya. Tetapi jika orang tersebut bersikap menyinggung saya, saya selalu merasa ingin uring-uringan dan merasa semua salah untuk dikerjakan. Entahlah saya tidak merasa lebih baik dari apapun. Masih banyak contoh lain yang menunjukan keterkaitan saya dengan teori behaviorisme, saya rasa sikap saya sendiri sulit untuk dirubah.

Contoh kedua adalah ketika saya bertemu dengan orang yang memperlakukan saya dengan baik, saya cenderung merasa ingin lebih bersikap baik terhadapnya. Tetapi jika orang tersebut bersikap menyinggung saya, saya selalu merasa ingin uring-uringan dan merasa semua salah untuk dikerjakan. Entahlah saya tidak merasa lebih baik dari apapun. Masih banyak contoh lain yang menunjukan keterkaitan saya dengan teori behaviorisme, saya rasa sikap saya sendiri sulit untuk dirubah.

NAMA                 : DEVI KHARISMA

KELAS                : BROADCAST 02

NIM                      : 1502142030

MATKUL             : PSIKOLOGI KOMUNIKASI

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.